» » ‘Otak Seks’ Fly Over Cijantung

‘Otak Seks’ Fly Over Cijantung

Penulis By on 28 May 2013 | No comments

Setiap kali melintas malam hari di fly over Cijantung poros utama Jakarta-Bogor, rasanya miris menyaksikan sejumlah pasangan remaja yang secara terbuka mempertontonkan gaya berpacaran yang terkesan ‘berlebihan’. Saya memberinya tanda kutip di kata berlebihan sebagai bentuk ketidaknyamanan menyaksikan pemandangan yang menurut saya tak lazim dilihat publik.

Memang, mereka tak melakukan hubungan suami-istri, tetapi gaya remaja yang masih amat belia ini diluar batas. Berciuman, berpelukan dan kerap ‘nyerempet’ kesana-kemari tanpa perasaan risih dengan pelintas,  sepertinya pemandangan biasa. Padahal fly over ini sejak sore hingga malam hari cukup banyak warga Jakarta kesini sekadar menyaksikan panorama sunset dan temaram Jakarta malam hari. Apalagi cukup banyak kaki lima berdagang di sana. Tetapi lagi-lagi adegan-adegan itu tetap berlanjut.

Pada seorang rekan saya bertanya, apakah ini sesuatu yang biasa di fly over ini? Ia tak menjawab malah ikut mengutuk. “parah benner anak-anak ini” katanya. Entahlah, fenomena berpacaran ‘berlebihan’ bagi saya tidak lebih dari mental seks yang dimiliki banyak remaja Jakarta dewasa ini. Saya tak paham, apakah ini pengaruh budaya barat? Ataukah minim penanaman nilai-nilai agama? Ataukah kurang pengawasan dari orang tua? Saya hanya bisa menggeleng kepala tanpa bisa menegur. Sebab individualistis dan rasa cuek remaja-remaja ini terbilang tinggi. Buktinya mereka tak risih meski ditonton banyak mata. Toh, kalau menegur bisa bermasalah. Lalu siapa yang bisa menegur mereka?

Menyalahkan fly over tentu tak mungkin, sebab ia hanya benda mati. Justru sebaliknya saya memuji ‘jembatan di atas jalan raya’ ini. Setidaknya ukurannya yang luas dan panjang serta menawarkan panorama Jakarta dari ketinggian adalah tawaran untuk menikmati Jakarta yang penuh keruwetan. Ataukah ini hanya efek negatif? Yang pasti manusianya perlu ‘dibenahi’. **


Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
comments