» » » Persaudaraan dan kesederhanaan Prabowo di Hari Pemilu

Persaudaraan dan kesederhanaan Prabowo di Hari Pemilu

Penulis By on 20 April 2014 |

Beberapa jam usai mencoblos, atas ajakan kawan-kawan saya menyempatkan diri ke kantor DPP Gerindra yang terletak di Ragunan Jakarta Selatan. entah apa yang dihelat disana, tetapi seperti biasanya jika usai helatan politik, maka ‘markas’ Gerindra selalu ramai, sebab biasanya tokoh politik partai berlambang garuda emas itu berkumpul disana sekedar merasakan hangatnya gelegar politik di Tanah Air. Suasana seperti saya rasakan sebelumnya dalam dua momentum, yakni ketika Partai Gerindra dinyatakan KPU lolos dalam Pemilu, dan saat kemenangan Gubernur DKI Joko Widodo-Basuki Tjahaya Purnama setahun silam.

Tetapi kali ini sedikit berbeda, memang ramai tetapi keramaian ini banyak diisi oleh awak media, dan beberapa pentolan partai itu, sekedar meliput dan mendapatkan berita eksklusif langsung dari Prabowo Subianto sebagai Capres partai ini. tentu pertanyaan-pertanyaan para jurnalis ini bisa ditebak, terkait koalisi Gerindra pada Pilpres mengingat tiga partai pemenang hasil Quick Qount dari beberapa lembaga survey yakni PDIP, Golkar dan Gerindra ‘mengisyaratkan’ perlunya koalisi dengan Parpol lain.

Sebelum memasuki aula lantai 4 tempat menyaksikan Quick Qount, saya yang kebetulan mengenakan kaos oblong dan jeans sekenanya serta sendal jepit merasa kurang ‘pede’ memasuki aula itu, maklum audiens yang hadir umumnya berpakaian rapi khas Gerindra, putih-kream, yang tampak elegan dan berwibawa jika dipandang.

Ketidak-pede-an itu karena khawatir bertemu Pak Prabowo dan merasa kurang sopan dengan ‘fashion’ seperti itu. Tetapi pikiran saya ternyata tidak benar. Sesaat ingin memasuki lift, saya berpapasan dengan Pak Prabowo dan beliau langsung menyapa.
“Oh Hamzah, dimana aja sekarang kok jarang bertemu saya” kata Pak Prabowo.

Sayapun langsung menyalami sembari sedikit membungkukkan badan tanda hormat saya pada putra begawan ekonom republik ini, Soemitro Djojohadikoesoemo. “Siap pak, saya di kampus saja Pak” jawab saya. Beliau pun langsung menepuk bahu saya sembari mengucapkan terima kasih. “Terima kasih ya, sudah banyak membantu, kapan-kapan kita diskusi lagi,” kata Pak Prabowo lagi. Saya hanya melempar senyum pada beliau sebagai tanda setuju.

Tak lebih dari 3 menit percakapan singkat antara saya dan Pak Prabowo. dan tak mengikutinya masuk ke lift. Saya pikir beliau pasti dikawal ketat. Ternyata biasa-biasa saja. Hitungan saya, ada sekitar 7 orang masuk ke lift, dan semuanya bukanlah para ajudan Pak Prabowo. Mereka adalah kader-kader Partai Gerindra dan beberapa awak media. Pak Prabowo hanya melambaikan tangan kepada ‘pengantri lift’ sembari melempar senyum ramahnya. teramat jauh dari kesan sangar yang banyak dipersepsikan banyak orang.

Usai mengantri, akhirnya saya ke lantai 4 juga. Disana, Pak Prabowo tak langsung memasuki ruangan tempat dimana ia akan menyampaikan pidato singkatnya terkait hasil Quick Qount, sebab ia langsung dicegat puluhan awak media. hampir semua jurnalis TV nasional dan media cetak ada di sana. Pak Prabowo pun melayani dengan ramah, bahkan silih berganti TV nasional itu meminta wawancara khusus.

Hal-hal seperti ini amat biasa dalam pemandangan keseharian beliau yang sering diikuti media. Tetapi menyaksikan kondisi seperti itu, sebagai akademisi yang bergelut di bidang komunikasi politik, saya kerap bertanya, mengapa pernyataan-pernyataan beliau jarang di publis media khususnya televisi, sementara pernyataan-pernyataan Pak Prabowo adalah pernyataan layak publis, bertutur tentang nasionalisme, dan masa depan bangsa Indonesia? apakah media memberikan perlakuan khusus dalam membuat ‘agenda setting’ terhadap sosok Prabowo Subianto?

Sebagai simpatisan tentu sedikit curiga, dan saya agak kecewa dengan kondisi seperti ini. Sebab sepertinya Pak Prabowo memang diperlakukan ‘kurang adil’ oleh media jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh penting lainnya di republik ini. Tetapi ketika menghubungkan dengan teori-teori media, bagi saya ini pembenaran. Sebab menurut Shoemaker & Reese (1991), media selalu tergantung dengan idiologi pemiliknya. juga menurut Altschull (1984) yang mengatakan “Konten media selalu mencerminkan kepentingan mereka yang mendanai pers”.

Saya meyakini Pak Prabowo mahfum kondisi ini. Tetapi apapun itu, Pak Prabowo yang saya lihat sendiri memperlakukan media itu sebagai seorang sahabat yang baik. Toh jika ada pernyataan beliau tentang media yang sedikit ekstrim itu hanya sebagai cara untuk membangun institusi media untuk bekerja lebih profesional. Buktinya, beliau selalu mengucapkan kata ‘terima kasih’ pada media yang meliputnya dan selalu mengikut arahan media ketika dimintanya wawancara atau sekedar foto bersama. Saya menangkap jiwa persaudaraan Pak Prabowo begitu kuat dan tanpa tendensi apa-apa.

Bagi saya, ini juga cermin jiwa Prabowo jika sebenarnya ia seorang yang sangat terbuka dan demokratis, apalagi Pak Prabowo bukanlah sosok yang teramat serius ketika membahas sesuatu. bahkan ketika media mewawancarainya, berkali-kali ia menlontar joke-joke ringan yang membuat banyak orang tertawa.

Di akhir pidato singkatnya. Pak Prabowo mengucapkan rasa terima kasihnya kepada banyak orang yang dinilainya banyak membantu perjuangannya. Bahkan ia mengatakan secara sadar, jika dirinya sebenarnya banyak dibesarkan oleh ‘jenderal-jenderal tak dikenal’ yang sudah ikut bersama dengannya khususnya mereka-mereka yang berada di daerah-daerah. Istilah ini tentu memberi makna besar jika Prabowo amat menghormati jasa banyak orang di negeri ini. bagi saya ini sebuah bentuk kesederhanaan dan kuatnya rasa persaudaraan seorang Prabowo Subianto.

Sesaat beranjak pulang dari kantor DPP Gerindra, saya dan kawan-kawan kembali bertemu dan bersalaman dengan tokoh ini. Beliau kembali memberi pesan sederhana dan mendalam pada saya. “Terus ajarkan sikap berpikir positif pada bangsa ini, salam buat keluarga,” kata Pak Prabowo singkat.

Pernyataan ini mungkin sederhana. tetapi bagi kita yang berpikir positif, sesungguhnya ini adalah watak dan karakter seorang negarawan, seorang tokoh yang memang layak memimpin bangsa besar ini. **
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
comments