» » Wanita, Target Media?

Wanita, Target Media?

Penulis By on 21 December 2014 |

SORE ini saya menyempatkan diri mengikuti perkuliahan Prof. Burhan Bungin, pakar sosiologi komunikasi Tanah Air di Universitas Mercubuana Jakarta. Saya bergabung dengan para kandidat master komunikasi, adik-adik ‘almamater’ saya. Sebenarnya tujuan ‘sit in class’ semata-mata bertemu professor muda itu sekedar bertanya tentang dunia ‘teori’ yang menyelimuti rencana penelitian dan bahan disertasi saya. Tetapi entah mengapa saya lebih fokus mendengar tentang ‘media dan dunia wanita masa kini’. “Amat menarik” pikirku.
     
Ketertarikan itu, boleh jadi karena Prof Burhan dari dulu saya kenal ‘centil’ ketika membahas wanita (Maaf prof..hehehe), apalagi dihubung-hubungkan dengan fenomena-fenomena ilmu komunikasi masa kini. Saya amat tertarik dengan pernyataan beliau yang mencurigai jika ‘target’ terbesar dari keberadaan media serta kemajuan dunia teknologi informasi adalah kaum wanita. Apa sebab? Itu juga pertanyaan besar saya juga.
     
Dalam konsep kritis, Prof Burhan memulai dengan kutipan para bijak, bahwa wanita adalah ‘tiang’, mungkin bisa tiang negara dll, tapi yang paling kerap terdengar adalah wanita ‘tiang rumah tangga’. Tentu saja jika ‘tiang’ itu roboh, maka akan berdampak besar pada ruang dimana wanita itu berada. Lalu apakah wanita adalah target media dalam konteks yang lebih luas? Patut dicurigai.
     
Ketika media telah masuk pada ruang hidup wanita, maka kehidupannya akan sejajar bahkan (bisa) lebih daripada lelaki. Wanita utamanya yang telah berumah tangga dan menjadi penikmat media, maka menjadi wanita ‘perkasa’ yang mungkin melewati kodratnya sebagai pendamping pria. Maaf kami tak dalam ruang pembahasan gender, emansipasi dll, tetapi dalam konteks ‘nilai’ yang disesuaikan dengan konsep-konsep religious, khususnya dalam perspektif Islam.
     
Sebagai pendegar, awalnya biasa-biasa saja. Tetapi ketika diarahkan ke case, bagaimana wanita berkeluarga lebih menikmati ‘handpone’nya di tempat tidur ketimbang suaminya, atau ketika wanita berkeluarga lebih banyak mencurahkan ‘hatinya’ ke gadget daripada orang-orang terdekatnya. Seolah-olah suami ‘kalah’ bersaing dengan fasilitas teknologi informasi itu. Itu dampak negatif? Mungkin. Diskusi tidak mengarah pada soal ‘benar-salah’, tetapi lagi-lagi soal nilai. Dengan kata lain, kehadiran segala jenis ‘media’ laiknya mengikat dan memelihara nilai ‘manusia’. Pasti kita sepakat soal itu.
     
Lepas dari kemajuan teknologi informasi dengan segala fasilitas jejaring social yang dimilikinya. Lalu menjadi pertanyaan berikutnya; apakah media konvensional sejenis Televisi juga menjadikan wanita sebagai ‘sasaran’? apakah televise mengubah kodrati wanita juga? Lalu apa bedanya dengan kaum lelaki? Siapa yang ‘paling’ dijadikan sasaran? Tentu teramat banyak pertanyaan. Tetapi jika ditelisik jauh, maka seolah-olah kaum lelaki dengan sejumlah pertanyaan ini; rasa-rasanya menolak emansipasi dalam arti luas; menolak kesejajaran dan lain sebagainya.
     
Memang wanita banyak memiliki kelebihan. Yang paling sederhana; busana kaum lelaki tidak menjadi ‘aneh’ ketika digunakan kaum wanita, sebaliknya lelaki menjadi aneh, jika menggunakan busana wanita. Dulu Youtube, hanya ‘sepenggal’ menampilkan sensualitas kaum wanita, kini sudah ‘full text”. Dulu wanita adalah ‘ibu rumah tangga’ yang baik, kini bisa menjadi kepala rumah tangga yang perkasa. Dulu tattoo bagi kaum wanita adalah sebuah ketabuhan, kini tattoo bagi wanita adalah sebuah nilai seni yang hebat. Tak heran jika seorang menteri wanita kita pun menjadi penikmat rajah tubuh ini. Seni atau nilai? Pembacalah yang menjawabnya dengan fitrahnya.
     
Apakah benar wanita yang dijadikan sasaran utama oleh kehadiran dan kemajuan media? Tak perlu menjawabnya. Tetapi penting untuk mengambil hikmah dan ingatan, sebab kita tak bisa lagi membatasi wanita dengan kehadiran media ini. Kaum lelaki pun tak bisa menjaga seutuhnya kaum wanita dari dampak besar media itu.
     
Prof Burhan menimpali. “Doa dan kualitas ibadah Anda kepada Sang Pencipta, menjadi penjaga segalanya pada anak-anak dan istri kita, sebab kaum lelaki pun tak seutuhnya bisa menjaga diri keluarganya, bahkan kepada dirinya sendiri sekalipun” tandasnya.
     
Wanita sasaran media? Silahkan berpikir bersama sebab kita ingin tiang-tiang kehidupan ini kuat oleh wanita. **

--------------------------------------
Sepenggal catatan malam hari, 21 Desember 2014
     

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
comments