» » Bertarung Gagasan

Bertarung Gagasan

Penulis By on 11 September 2017 | No comments

Saya pastikan tak ingin terjebak pada tataran dukung mendukung di kontestasi politik daerah ini, baik di level pilwali maupun pilgub. Bukan apa-apa, bukan tidak suka, ataupun membenci. Di kepala saya tak ada rumus seperti itu, sebab sadar jika hak berpolitik bila digiring pada soal suka atau tidak suka, benci membenci, jangan harap kualitas politik daerah akan membaik.

Ini juga perlu diketahui oleh para kandidat, pun tak boleh membangun institusi politik berlandaskan managemen konflik, sebab hasilnya akan menggelisahkan diri sendiri. Sama juga untuk para suksesor, sekali-kali jangan membangun politik elitis, dipastikan anda dijauhi konstituen. Begitulah kondisi kekinian, pemilih telah memiliki kesadaran terhadap hak politik yang dimilikinya. ia ingin hak itu menjadi sesuatu yang mahal dan istimewa.

Mahal, istimewa tak berarti harus dirupiahkan, tetapi mendapat tempat yang selayaknya diposisikan pada ruang yang merasa terhargai. Karenanya politik kadang membutakan apa aktivitas yang dilakukan kandidat, terkecuali value sosial yang melekat padanya.

Suksesor sebagai perwakilan diri kandidat sejatinya bisa membangun gagasan-gagasan strategis ketimbang membangun data-data berdasarkan situasi subjektivitas yang mengenakkan telinga kandidatnya. membangun gagasan tak sekadar berwacana, atau lebih dari itu... metawacana. tetapi juga masuk di area pertarungan gagasan.

Bertarung di konsepsi ini bukan diartikan menekan, memaksakan ataupun menebar agitasi. sebab kita tidak lagi pada laku politik seperti di zaman hitler, mussolini, ataupun jenderal zasdzli di mesir. kita sedang berada di dunia 'softpolitics', eranya ridwan kamil, ibu risma, ataupun nurdin abdullah, yang menebar cinta dan kasih sayang lewat ide-ide kreatif, yang menyentuh kalbu para pemilih. Namanya politik humanis, saya yakin anda bisa melakukannya.

Sengaja mengungkap ini, sebab menyadari jika masih banyak kandidat-kandidat kepala daerah, dari bakal calon gubernur, walikota dan bupati, memiliki watak-watak hitler, mussollni, maupun zasdli, yang amat buas dan ditakuti, angin topan pun lewat.....hehehe, bahkan pura-pura hidup sederhana, padahal uang tersimpan dalam bankir di lapis-lapis tanah.. bahkan membungkus diri dengan citra ala aliando, algazali, mungkin juga justin beiber.. sori kalau salah tulis, sebab hakikinya saya menggemari artis-artis pinggir ala Pantura..

Hendak bilang pada anda, bertarung gagasan mungkin sebuah kompetisi konsepsi dan cenderung teoritik, tetapi itu jangan dipandang remeh. sebab dari sana bukan hanya isi otak yang diketahui, tetapi publik bisa menilai laku dan karakter anda sebenarnya. di sana ketahuan kebaikan dan kebusukan yang lahir dari cermin sosial verbal anda. berani?? saya pastikan anda mengatakan berani, meski belum tahu seperti apa anda di sana...

Pemirsa... kini kita berada di alam demokrasi yang terbuka, bebas sesuai hati nurani.. tetapi saya jadi teringat seorang ilmuwan yahudi, yang berkata bahwa demokrasi adalah puncak dari ateisme.... duh....

Selamat Pagi...
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
comments